Langsung ke konten utama

Mengunjungi Museum Mpu Tantular

Pada hari Sabtu, 6 Mei 2017, kami belajar di luar kelas, yaitu kami pergi mengunjungi Museum Mpu Tantular yang berada di Jalan Raya Buduran - Jembatan Layang, Prasung, Buduran, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Kami berkumpul disana sekitar pukul 9 pagi. Sampai disana, kami berkumpul untuk briefing bersama, kemudian kami memulai observai kami di Museum tersebut. Harga karcis masuk yaitu Rp. 3.000,00 / orang.

Asal mula berdirinya Museum Mpu Tantular ini adalah didirikannya lembaga kebudayaan Stedelijk Historisch Museum Soerabaia oleh Godfried Hariowald von Faber, seorang warga Surabaya berkebangsaan Jerman, pada tahun 1933, yang kemudian diresmikan pada tanggal 25 Juli 1937. Untuk mengembangkan dan memperluas museum yang dipimpinnya, Von Faber banyak mengadakan hubungan internasional. Namun sebelum seuanya dapat tercapai, Von Faber meninggal pada tanggal 30 September 1955. Setelah Von Faber meninggal, museum tersebut tidak terawat, koleksi-koleksinya banyak yang rusak dan hilang. Kemudian museum tersebut dikelola oleh Yayasan Pendidikan Umum. Pada tahun 1964, museum ini memperoleh pendanaan dari Yayasan Bapak Prof Dr. M. Soetopo. Setelah dibentuknya Direktorat Permuseuman di lingkungan Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, perhatian Pemerintah terhadap museum yang dikelola Yayasan Pendidikan Umum menjadi lebih serius. Museum Pendidikan Umum dibuka secara umum tanggal 23 Mei 1972 dan diresmikan dengan nama "Museum Jawa Timur". Selanjutnya timbul inisiatif untuk menyerahkan Lembaga Kebudayaan ini kepada Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Timur dan menjadi museum negeri. Dengan diterbitkannya SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 13 Februari 1974 Nomor 040/C/1974, Museum Jawa Timur berstatus Museum Negeri. Selanjutnya museum Jawa Timur diresmikan dengan nama "Museum Negeri Jawa Timur Mpu Tantular" dengan lokasi di Jalan Pemuda 3 Surabaya. Karena bertambahnya koleksi, pada pertengahan tahun 1975 Museum dipindahkan ke tempat yang lebih luas yaitu di Jalan Taman Mayangkara No. 6 Surabaya, yang diresmikan pada tanggal 12 Agustus 1977 oleh Gubernur Jawa Timur Sunandar Priyosudarmo. Selanjutnya pada tanggal 14 Mei 2004 menempati lokasi tetap di Jl. Raya Buduran, Sidoarjo (sebelah barat Jembatan Layang Buduran). Nama Mpu Tantular mengandung  pengertian yang tersembunyi, "Mpu" berarti ibu, yaitu titik pusat segala gerak dan pandangan hidup, "Tantular" berarti tak tertulari, tak terpengaruh, tak menyimpang, tak berubah, jadi tetap mengkhusukkan diri, untuk mencapai kehidupan abadi. Dengan Pemberian nama tersebut diharapkan museum dapat mewarisi hakekat dan kemurniannya.
Patung Dewa Wisnu

Di Museum Mpu Tantular, terdapat banyak jenis koleksi, yaitu Koleksi Geologi yang meliputi batuan dan mineral. Contohnya : Batuan Beku, Batuan Sedimen dan Batuan Maetamorf. Koleksi Biologi yang meliputi fosil manusia dan binatang. Contohnya : Fosil Gading Gajah Purba, Asal Bojonegora, fosil siput asal Sidoarjo, dan lain sebagainya. Koleksi Etnografi meliputi hasil budaya dan menggambarkan identityas suatu etnis. Contohnya, Jodhang (Wadah Hantaran Lamaran), keris dan tombak, topeng dongkrek, dan lain sebagainya. Koleksi Arkeologi yang meliputi hasil budaya masa lampau yang menjadi obyek penelitian arkeologi. Contohnya, prasasti batu dan tembaga masa – masa kerajaan Jawa Timur. Koleksi Histori yang mengandung nilai sejarah meliputi kurun waktu sejak masuknya budaya barat samapi sekarang, benda – benda tersebut berhubungan dengan suatu peristiwa. Contohnya, Senapan atau Meriam. Koleksi Numismatik dan Heraldika, berupa mata uang atau alat tukar (token) yang sah. Koleksi  Filologi yaitu obyek penelitian berupa naskah kuno yang ditulis dengan tangan mengenai suatu peristiwa. Contohnya, duplikat naskah Negarakertagama dari Majapahit. Koleksi Keramik, yang dibuat dari tanah liat yang dibakar. Koleksi yang terhimpun merupakan koleksi dari Eropa, Cina dan alat – alat tradisional Indonesia. Contohnya, Mangkok, Guci, Vas, dan lain sebagainya. Koleksi Seni Rupa yaitu koleksi yang mengekpresikan pengalaman arstistik manusia melalui obyek dua atau tiga dimensi. Contohnya, lukisan dan Thuk – Thuk (Kentongan). Koleksi Teknologi, yang mengambarkan perkembangan industry berupa peralatan maupun hasil industry atau pabrik. Contohnya, Sepeda uap, Telepon kuno, Delman dan sepeda kayu. Fokus koleksi pada Museum Mpu Tantular berupa benda-benda peninggalan sejarah khusus daerah Provinsi Jawa Timur. Koleksi museum Mpu Tantular  mencakup semua daerah Jawa Timur.

Museum Mpu Tantular memiliki 2 gedung dan masing-masing bertingkat 2 lantai. Di gedung I, terdapat 3 zona untuk bagian lantai 1, yaitu zona prasejarah yang meliputi: koleksi batuan, fosil, peralatan baru, dan peralatan logam.zona 2, yaitu zona klasik yang meliputi koleksi alat upacara Hindhu-Budha, koleksi terakota Majapahit, koleksi arca perunggu, koleksi fragmen candi, koleksi prasasti, koleksi arca batu, koleksi emas dan pusaka, koleksi uang kuno, dan koleksi naskah kuno. Zona 3, yaitu zona colonial dan kemerdekaan yang meliputi koleksi senjata, koleksi tanda jasa, koleksi keramik, dan koleksi benda-benda etnografi. Untik bagian lantai 2, terdapat 2 zona, yaitu zona Von Faber, yang meliputi koleksi sepeda kayu, koleksi sepeda tinggi, koleksi sepeda motor uap, koleksi miniature pesawat, koleksi telepon, dan koleksi alat musik. Zona 2, yaitu Ruang peraga IPTEK, yang meliputi koleksi sifat-sifat bayangan pada cermin, koleksi hokum-hukum fisika, koleksi kelistrikan, koleksi penghantar suara, dan koleksi tokoh-tokoh penemu. Kemudian pada jalan penghubung antara gedung I dan gedung II terdapat koleksi-koleksi prasasti batu dari berbagai macam daerah. Di Gedung II bagian lantai 1, terdapat ruang pemanduan pengunjung rombongan, pemutaran film profil museum dan dokumen museum, serta koleksi pengantin tradisional Jawa Timur. Di bagian lantai 2, terdapat Ruang Koleksi Kesenian yang meliputi koleksi Wayang, koleksi Gamelan, koleksi Reog Ponorogo,, koleksi Angklung Caruk Banyuwangi, koleksi dungkrek, koleksi Turonggo Yakso, koleksi SIngo Wulung, koleksi Jaran Bodhag, koleksi Jaranan Sentherewe, koleksi Reog Kendang, koleksi Barong Kemiren, dan koleksi Barong Banyuwangi.

Sepeda Tinggi
Ketika observasi di Museum Mpu Tantular, saya tertarik dengan beberapa objek di bagian lantai 2, yaitu Sepeda Tinggi. Saya tertarik karena bentuknya yang unik, terlihat keren, tinggi, rodanya sangat besar dan ada pula yang kecil. Sepeda Tinggi ini diciptakan oleh dua orang berkebangsaan Inggris bernama James Starley dan William Hillman dan mendapat hak paten pada tahun 1870. Sepeda ini juga disebut dengan nama Ariel yang berarti sepeda yang terbuat dari metal, roda bagian depan berukuran besar dan roda bagian belakang berukuran kecil. Selain Ariel, sepeda tinggi ini juga dikenal dengan sebutan BI yang berarti tinggi. Tertulis pula bahwa untuk mengendarai sepeda ini diperlukan keterampilan khusus yaitu dengan jalan melompat atau memanjat. Selain itu, saya juga tertarik dengan ruangan yang berisi keris dan hiasan Garudeya, karena terlihat sangat bagus dan unik, terdapat banyak jenis keris dari berbagai daerah. Garudeya sendiri ditemukan di Desa Palosan, Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri oleh Sdr. Seger pada tahun 1989. Hiasan beronamen Garudeya ini dibuat dari emas 22 karat dengan berat keseluruhan 1.163,09 gram yang dihiasi 64 batu pertama yang sebagian sudah hilang hingga tersisa 48 buah. Batu permata disusun secara simetris berdasarkan warna dibagian kiri dan kanan. Ada 3 bagian ornamen hiasan dada, yaitu Ornamen burung garuda yang membawa kendi (kamandalu) berisi air kehidupan, Ornamen raksasa yang membawa gada, dan Ornamen raksasa dengan kedua tangan seolah bersikap menyangga.
Cara menggunakan Sepeda Tinggi

Kondisi Museum Mpu Tantular saat kami berkunjung, tempatnya cukup bersih, tidak terlihat sampah berserakan, semua objek yang ada di Museum tersebut tertata rapi. Ketika saya pergi observasi ke Museum tersebut, suasananya cukup nyaman, tetapi agak sepi. Hanya ada sekelompok anak SD beserta guru-gurunya yang juga menjelajahi museum tersebut. Menurut saya, kebersihan di Museum Mpu Tantular ini sangat tejaga, hal tersebut terlihat dari kondisi disekitar museum yang menyediakan tempat sampah dan lantai-lantai yang terlihat bebas dari sampah dan mengkilat (telah di sapu dan di pel), serta banyak sekali informasi yang dapat digali melalui museum ini karena terdapat panduan yang jelas dan lengkap disetiap objek yang di pasang di museum tersebut. Hal ini merupakan contoh yang bagus menurut saya, karena kebanyakan objek wisata di Surabaya sekarang ini kebersihannya kurang terjaga. Kekurangannya, mungkin tempatnya  terlalu sunyi dan agak gelap menurut saya, konsepnya agak kuno dan kurang menarik, padahal objek yang ada didalamnya sangat unik dan menarik untuk dilihat.

Garudeya
Fungsi cagar budaya bagi masyarakat yaitu menambah ilmu dan pengetahuan mengenai peninggalan jaman dahulu, kebudayaan, serta keanekaragaman yang ada di daerah, menjaga budaya bangsa dari pengaruh budaya asing, dan menjaga agar budaya kita tidak diakui oleh negara lain, Contohnya: Malaysia kerap menampilkan beberapa bentuk budaya asal Indonesia, beberapa contoh budaya kita yang diakui oleh Negara malaysia: Reog, lagu Rasa Sayange, Batik, dan tari Pendet. Selain itu, fungsi cagar budaya yaitu, menjaga kebudayaan kita agar tidak hilang dan bisa menjadi warisan anak cucu kita kelak, sebagai pusat rekreasi seni dan budaya, menciptakan dan membentuk rasa ikut memiliki sehingga menumbuhkan rasa toleransi terhadap sesama dan menjaga warisan dari leluhur. Ada pula fungsi lain dari cagar budaya, yaitu menciptakan lapangan pekerjaan. Lapangan pekerjaan yang dihasilkan dari pelestarian cagar budaya itu dari segi pengelolaan tempat dan faslitas, tour guide (jika ada), pemasukan tiket masuk, dan uang parkir yang dapat berpotensi untuk meringankan beban APBN atau APBD wilayah tersebut.

Tampak depan ruangan menuju Garudeya
keris-keris yang berada di ruangan yang sama dengan Garudeya


Kesimpulan yang saya dapat dari kunjungan ke cagar budaya ini adalah Museum Mpu Tantular ini dapat dijadikan sebagai salah satu destinasi wisata dan pendidikan dimana tempat ini memberikan dampak positif dengan melestarikan peninggalan jaman dahulu yang berisikan keanekaragaman dan kebudayaan yang ada di daerah-daerah di Indonesia maupun peninggalan Belanda. Selain itu, Museum Mpu Tantular ini bisa dijadikan contoh yang baik sebagai cagar budaya, karena tempatnya yang bersih dan nyaman untuk dikunjungi, banyak sekali informasi yang dapat digali melalui museum ini karena terdapat panduan yang jelas dan lengkap disetiap objek yang di pasang di museum tersebut, apalagi kita hanya perlu biaya masuk yang terbilang sangat murah, meskipun konsep dari tempat ini masih terbilang kurang menarik padahal objek yang ada didalamnya sangat unik dan menarik untuk dilihat.

Komentar